Masih teringat jelas di memori dua tahun lalu saat Aku bersama adik perempuanku di pagi yang masih sedikit berembun, menulusuri jalanan Blitar. Melewati beberapa desa, hamparan sawah terbentang di mana-mana. Kami mengendarai sepeda motor, hawa dingin menusuk sepanjang perjalanan hampir tiga puluh menit menuju lokasi yang kami tuju. Salah satu desa di kabupaten, tepatnya dari kota lurus ke arah timur. Ada debaran dalam hati, mengingat ini pengalamanku pertama kali beraksi bersama Komunitas Save Street Child Blitar atau biasa disebut SSC.
Aku sudah mulai memasuki kampung yang dituju, ku cari masjid titik kumpul aksi komunitas selama beberapa bulan ke depan. Memasuki pelataran masjid kulihat sudah banyak anak-anak usia MI berkumpul memakai seragam khas sekolahnya. Segera ku parkir motor, dan langsung menuju serambi masjid. Anak-anak masih malu-malu, melihat kami dari komunitas yang berjumlah belasan orang ini. Aku dan teman-teman dari SSC mulai mendekati mereka, mengajak berkenalan dan bersalaman sebelum acara di mulai.
Ramai teriakan, tawa mereka membuat gaduh telinga. Begitulah dunia anak. Ada satu pemandangan yang membuatku tak mengalihkan pandangan mata. Aku melihat penampakan jempol dari kaki mungil satu anak laki-laki di hadapanku. Ada bolong yang memaksa jari ujungnya itu ke luar dari persembunyiannya. Dia tersadar kalau kulihat, reaksinya tersipu malu, spontan berusaha menyembunyikan lubang itu. Aku hanya tersenyum. Ku daratkan pandanganku ke sekeliling.
"Hei ada kaos kaki bolong lagi, satu, dua, tiga lebih." Kataku dalam hati. Ku tersenyum kembali, lalu berusaha mengabaikannya.
Ada yang unik saat satu-satu dimintai perkenalan. Ketika anak-anak diberi satu pertanyaan tentang pekerjaan Ayah mereka. Banyak yang terdiam, enggan berkata.
"Kenapa begitu?" batinku bertanya-tanya.
Teringat masa kecilku, ketika teman-teman memanggilku anak penjual tas, Aku merasa biasa-biasa saja, tak malu apalagi gengsi. Bukankah semua perkerjaan yang halal itu hakikatnya mulia? Tuhan pun mengajarkan untuk tidak melihat manusia dari materi yang melekat padanya. Pembedanya hanya satu yaitu iman.
Aku yakin dibalik kaos kaki bolong mereka, terdapat kisah perjuangan orang tuanya. Tentang perjalanan hidup, yang harusnya orang tua bangga bercerita pada anaknya. Mereka butuh keteladanan, kalau bukan orang tua dari mana lagi mereka dapat? Pahamilah, Ayah-Ibu, Bapak-Emak, Abi-Ummi apapun sebutannya, kalian ialah role model terbaik untuk anak-anak, bukan malah mereka mencari dan meniru sesorang dari luar rumahnya.
Blitar, 15 Juli 2019
Semoga bermanfaat
Penulis: Karis Rosida
0 Komentar