Hawa dingin kembali menyeruak. Termometer suhu menunjukkan di angka 16' celcius. Cukup membuat tulang-tulang terasa ngilu dan bibir berubah biru. Apalagi sesekali angin membelai dengan dingin embusannya. Semakin menggigil tubuhku dibuatnya.
Secangkir kopi hitam pekat ditambah sepiring ubi goreng tersaji di meja kayu yang tampak renta tapi masih sangat kokoh. Aromanya menguar dari kepul asap kedua sajian itu, menggelitik indra penciuman yang sempat kebas sangking dinginya hawa yang menusuk. Harum kopi yang menenangkan, juga bau manis yang sulit untuk kujelaskan, namun bau itu mampu membuat perut dan air liur bereaksi.
Kurapatkan pegangan pada cangkir yang mentransfer hawa panasnya. Kopi pekat tanpa gula kusesap sedikit. Pahit, tentu saja. Kemudian terasa sedikit asam dan manis alami yang tertinggal di lidah. Pantas saja minuman ini selalu menjadi candu banyak orang. Kutenggak lagi beberapa teguk. Cairan itu terasa mengalir hangat ke tenggorokan sampai perut. Ampuh mengusir sedikit hawa dingin.
Menyentuh permukaan cokelat keemasan yang kering dan sedikit berminyak. Kugigit ujungnya yang hangat. Renyah kulit tepung pembungkusnya, kemudian kurasakan empuk yang lembut. Manis, gurih, lembut dengan sedikit kriuk yang renyah, kelezatan yang sempurna.
Kopi hitam dan ubi goreng duet maut pengganjal perut. Meskipun hanya berupa sajian yang sederhana. Nyatanya menikmati kudapan dan wedang hangat di suasana yang dingin memang selalu terasa istimewa.
Terima kasih @kopi_sontoloyo untuk kenikmatan sajian juga keindahan pesona yang dihadirkan
Semoga bermanfaat
Penulis: Fit Afrila Nurnadia
0 Komentar